Ketakutan pada sesuatu hal atau benda, tidak hanya dialami orang dewasa. Anak-anak pun merasakan hal yang sama. Sebagai orangtua, Anda harus membantu mereka mengatasi bahkan menghadapi ketakutan tersebut. Menurut Psikolog Anak D'Arcy Lyness, perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang dirasakan anak adalah hal normal dan perlu untuk mereka. Dengan menghadapi ketakutan atau kekhawatiran tersebut, anak bisa menyiapkan diri menghadapi pengalaman tidak menyenangkan di masa mendatang.
Dengan memiliki rasa takut, itu juga bisa membantu agar anak tetap aman. Misalnya saja, anak yang takut pada api akan membuatnya tidak tertarik untuk bermain korek api.
Kekhawatiran atau ketakutan anak ini akan berubah-ubah di setiap perkembangan dan pertumbuhannya. Misalnya:
- Bayi akan merasa takut jika melihat orang asing dan berlindung pada orangtuanya saat didatangi orang yang tak mereka kenali.
- Batita usia 10-18 bulan merasa takut berpisah dan akan sangat stres saat satu atau kedua orangtua mereka pergi.
- Anak usia 4-6 tahun merasa takut pada hal-hal yang tidak nyata seperti monster dan hantu.
- Anak usia 7-12 tahun terkadang merasa takut menghadapi situasi nyata yang mungkin terjadi pada diri mereka seperti kecelakaan dan bencana alam.
Masih menurut Lyness, seiring pertumbuhannya, satu ketakutan akan hilang dan berganti dengan ketakutan lain. Misalnya saja, anak yang awalnya takut jika saat tidur lampu dimatikan, pada perkembangan berikutnya, ia malah menikmati kisah-kisah hantu saat menginap bersama teman-temannya.
Sebagai orangtua, Anda bisa membantu anak untuk mengembangkan kemampuan dan kepercayaan dirinya menghadapi ketakutan tersebut. Dengan menghadapinya, ketakutan tersebut nantinya tidak akan berlanjut sampai menjadi phobia.
Berikut ini tips dari Lyness untuk membantu anak menghadapi ketakutan dan kekhawatirannya, seperti dilansir Kids Health:
1. Cari tahu apakah ketakutan tersebut nyata atau tidak. Meskipun kesannya sepele, baginya hal tersebut sangat nyata dan membuatnya merasa sangat takut. Cobalah bicara dengannya. Obrolan dengan anak itu bisa jadi salah satu kekuatan untuk anak mengatasi perasaan negatifnya.
2. Jangan pernah menganggap sepele ketakutan anak, sebagai cara Anda untuk memaksa anak mengatasi ketakutannya. Dengan bilang padanya, "Ketakutan kamu mengada-ada. Tidak ada monster di dalam lemari", memang bisa membuat anak mau tidur di kamarnya. Tapi perkataan tersebut belum tentu membuat anak kehilangan rasa takutnya.
3. Jangan dukung ketakutan anak tersebut. Misalnya saja, jika anak Anda takut anjing, Anda dan dia saat jalan bersama jadi menghindari jalan yang ada anjingnya. Jika hal itu dilakukan malah akan membuat anak semakin percaya kalau anjing memang menakutkan dan harus dihindari. Cobalah mendukungnya dan memberinya kasih sayang saat anak mengatasi ketakutannya.
4. Ajari anak beberapa strategi untuk mengatasi ketakutannya. Beberapa cara yang mudah, pertama, gunakan Anda sebagai 'tempatnya berlindung'. Dengan memakai Anda sebagai tempat berlindung, anak akan berusaha menghadapi ketakutannya dan kemudian kembali lagi pada Anda, lalu mencoba lagi menghadapinya. Kedua, Anda bisa juga mengajarkan anak untuk mengucapkan pernyataan positif ke dirinya sendiri.
Misalnya saja dengan mengucapkan "Aku bisa" dan "Aku akan baik-baik saja" saat ia mulai merasa takut. Ketiga, teknik relaksasi seperti menarik napas dalam-dalam juga bisa membantu. Minta anak untuk membayangkan kalau paru-parunya adalah balon dan biarkan balon tersebut mengempis perlahan-lahan.