All Seasons

Main | Registration | Login
Monday, 2024-10-14, 5:01 PM
Welcome Aoi | RSS
Aoi
[ New messages · Members · Forum rules · Search · RSS ]
  • Page 1 of 1
  • 1
"?"
nadaeganDate: Friday, 2011-04-15, 6:00 AM | Message # 1
Start from Spring Day
Group: Administrators
Messages: 397
Reputation: 0
Status: Offline
Garap "?", Hanung Tak Takut Diprotes

"Ketakutan tidak, tapi ada kekhawatiran kepada masyarakat yang tidak menonton."

VIVAnews - Sutradara Hanung Bramantyo kembali berkarya dalam film terbarunya '?' (baca: Tanda Tanya). Film ini berusaha mengungkapkan konflik dalam kehidupan masyarakat karena berbagai perbedaan.

Beberapa suku dan agama menjadi sorotan sutradara 'Ayat-ayat Cinta' ini. Dia juga menampilkan kisah nyata yang menjadi sumber inspirasi film '?'. "Sekitar tiga atau empat tahun yang lalu memang ada kejadian nyata di Mojokerto, beberapa tokoh yang ada di film ini memang benar-benar ada orangnya," kata Hanung di Gandaria City, Kebayoran, Jakarta Selatan, Kamis 31 Maret 2011.

Karena itulah dia tak menolak jika Lembaga Sensor Film (LSF) memutuskan memberi tulisan 'Terinspirasi Dari Kisah Nyata' pada filmnya, meskipun menurut Hanung pribadi, tanpa tulisan itupun sebenarnya sudah cukup. Fungsi lain dari tulisan itu sebenarnya sebagai upaya agar film berdurasi 100 menit itu tak terkesan terlalu vulgar.

Ada beberapa adegan yang sekilas seolah memotret kehidupan bangsa Indonesia. Secara singkat film ini mengisahkan hubungan tiga keluarga yang berbeda etnis dan agama, kadang mereka saling dukung tapi beberapa konflik dalam kehidupan memang terlampau sulit untuk dihindari.

"Saya sudah melakukan dialog dengan sekitar 20 orang, baik itu LSF maupun pemuka agama. Saya juga sudah melakukan beberapa riset sebelum membuat film ini," kata pria yang masa kecilnya akrab dengan berbagai suku dan agama ini.

Hanung juga tak takut jika film terbarunya kali ini menjadi sebuah kontroversi. Sebagai bentuk antisipasi, dia berupaya untuk obyektif dan berimbang dalam setiap karyanya. "Ketakutan tidak, tapi ada kekhawatiran kepada masyarakat yang tidak menonton, tapi dia malah terprovokasi kepada orang-orang," kata peraih Piala Citra 2005 untuk penyutradaraan film 'Brownies'.

Film ini sekaligus wujud rasa prihatin Hanung terhadap ketidaknyamanan antar umat beragama belakangan terjadi. "Saya sebagai Islam, juga merasa risih karena yang ada sekarang, agama Islam dibilang tak punya toleransi. Saya ingin menunjukkan lewat film ini gambaran beberapa peristiwa yang terjadi. Pada adegan terakhir David Chalik mengungkap bahwa Islam adalah agama rahmatan lil alamin. Buat saya itulah Islam," ujarnya.


Life is Never Flat - Agnes Monica
 
nadaeganDate: Friday, 2011-04-15, 6:01 AM | Message # 2
Start from Spring Day
Group: Administrators
Messages: 397
Reputation: 0
Status: Offline
Hanung Kemas Makna Perbedaan dalam Film ‘?’

Perbedaan begitu kentara dalam film ini. Konflik pun dikemas apik menjadi jalinan cerita.

VIVAnews – Ping Hen marah. Tirai-tirai putih di depan restoran ia turunkan. Tirai putih itu tadinya memang sengaja dipasang untuk menutupi restoran China milik ayahnya. “Di bulan puasa kita harus menghormati kaum muslim,” begitulah kira-kira ucapan sang ayah ketika memberi perintah kepada Ping Hen untuk memasang tirai putih.

Tapi Ping Hen tak lagi mendengar nasehat ayahnya. Ia sedang marah, entah karena rasa toleransi yang rendah, atau karena cemburu setelah mengintip karyawan restoran, Menuk, yang baru datang dan sedang berpamitan dengan suaminya, Soleh, dari balik tirai itu.

Sementara itu, Soleh frustasi karena tak kunjung mendapat pekerjaan. Dia malu pada sang istri, Menuk. Soleh hanya ingin hidupnya berarti untuk istrinya, adiknya, anaknya, dan agamanya. “(Ngene iki) dianggep wong lanang! (Begini ini dianggap lelaki!)” ujar Soleh di puncak frustasi.

Di tempat lain, Rika bingung. Ia baru saja mengabarkan kepada orang tuanya bahwa dia resmi dibaptis. Lantas telepon mendadak ditutup begitu saja dari ujung sana. Dunia seolah menghindarinya, menuduhnya sebagai penghianat. Beruntung anak semata wayangnya, Abi, tak lagi marah kepadanya. Si kecil berambut keriting itu cuma berujar, "Kata ustad, kalo marah nggak boleh lebih dari tiga hari, dosa!"

Adegan lain. Batin Surya berperang. Sepuluh tahun lamanya dia bekerja sebagai aktor. Tepatnya aktor spesialis penjahat atau figuran. Membosankan. Apalagi wajahnya yang brewokan kadang tak nampak di layar kaca. Padahal ia tak ingin hidupnya sekadar numpang lewat di dunia. Tapi haruskah dia yang muslim menerima tawaran peran sebagai Yesus?

Demikianlah cuplikan-cuplikan adegan dalam film ‘?’ Sutradara Hanung Bramantyo menata adegan-adegan itu sedemikian rupa sehingga tak ada tokoh utama di film ini. Semua pemeran mendapat porsi yang rata dalam film ber-tagline ‘Masih Pentingkah Perbedaan?’ itu.

Di awal film, perbedaan memang begitu kentara terlihat. Muslim, Tionghoa, Katolik, semua digambarkan begitu jelas. Sutradara Hanung Bramantyo membidik beberapa konflik dan mengemasnya menjadi suatu cerita yang apik. Ini karena dalam realita, perbedaan suku dan agama acapkali menimbulkan konflik yang berkepanjangan. Apalagi jika tak ada toleransi. Tak ada yang mau mengalah. Semua kacau.

Film yang berdurasi 104 menit itu sempat kena sensor Lembaga Sensor Film (LSF). Penambahan tulisan ‘Terinspirasi dari kisah nyata’ yang semula ada di awal film, dihilangkan. Adegan yang memuat kepala babi saat huru-hara terjadi, juga dihilangkan. Namun film ‘?’ tetap menarik untuk ditonton.

Lagu-lagu milik grup band asal Yogyakarta, Sheila On 7, ikut diperdengarkan di film ini. Tercatat ada tiga lagu Sheila On 7 yang diputar di film ‘?.'’ Lagu ‘Pada Suatu Ketika’ milik Sudjiwo Tedjo juga menjadi pengiring yang pas untuk adegan hujan turun, di mana semua tokoh sedang sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Film ‘?’ dibintangi oleh Revalina S Temat (Menuk), Reza Rahadian (Soleh), Agus Kuncoro Adi (Surya), Endhita (Rika), Rio Dewanto (Ping Hen), Henky Solaiman (Tan Kat Sun), dan Glenn Fredly (Doni). Film ini juga didukung oleh Yadi Sugandi (Direktur Fotografi), Titien Wattimena (penulis skenario), dan Tya Subiakto (ilustrator musik). ‘?’ bisa ditonton mulai hari ini, Kamis, 7 April 2011, di bioskop-bioskop kesayangan Anda.


Life is Never Flat - Agnes Monica
 
nadaeganDate: Friday, 2011-04-15, 6:03 AM | Message # 3
Start from Spring Day
Group: Administrators
Messages: 397
Reputation: 0
Status: Offline
Hanung Bikin Yenny Wahid Menangis

Penambahan tulisan ‘terinspirasi dari kisah nyata’ yang semula ada di awal, dihilangkan.

VIVAnews - Yenny Wahid mengaku menangis selama setengah jam ketika menonton film terbaru garapan Hanung Bramantyo berjudul ‘?’ “Mas Hanung berhasil membuat saya menangis cukup lama. Saya sangat mengapresiasi dan bangga pada film ini,” kata putri almarhum Gus Dur itu di Plaza Senayan, Jakarta Selatan, Kamis, 7 April 2011.

Menurut Yenny, ada adegan tertentu yang membuat dia meneteskan air mata. “Saat Soleh meninggal ketika ia mengambil bom di gereja. Itu mengingatkan saya pada anggota Banser bernama Riyanto yang meninggal saat menjaga gereja. Riyanto adalah sosok yang menaati perintah dari kyai,” ungkap Yenni.

Yenny tanpa sungkan mengatakan bahwa dia pengagum Hanung Bramantyo. “Saya pengagum karya Mas Hanung. Bagus dan detail sekali ia membangun suasana. Adegan terkesan kuat dan realistis,” ujarnya. Ia pun mengajak masyarakat Indonesia untuk menonton ‘?’

“Film ini berhasil mengungkapkan pluralisme di Indonesia. Film ini harus ditonton dengan pikiran terbuka,” imbuhnya. Adegan-adegan kontroversial dalam film ini, kata Yenny harus dipahami secara utuh, tidak setengah-setengah.

“Ada adegan orang Islam masuk Kristen, orang Islam berperan sebagai Yesus. Jadi, nontonnya jangan sepenggal-penggal. Intinya film ini berpesan bahwa setiap orang ingin mencari kedamaian,” jelas Yenny.

Di awal film, Hanung menunjukkan betapa majemuk masyarakat Indonesia--Muslim, Katholik, Tionghoa, atau Jawa. Hanung membidik beberapa konflik dan mengemasnya menjadi suatu cerita yang apik. Dia terinspirasi realita di mana perbedaan suku dan agama acapkali menciptakan konflik yang berkepanjangan di Tanah Air.

Film yang berdurasi 104 menit itu sempat kena gunting Lembaga Sensor Film (LSF). Penambahan tulisan ‘terinspirasi dari kisah nyata’ yang semula ada di awal film, dihilangkan. Adegan yang mempertontonkan kepala babi saat huru-hara terjadi, juga dipotong.

‘?’ dibintangi oleh Revalina S. Temat (Menuk), Reza Rahadian (Soleh), Agus Kuncoro Adi (Surya), Endhita (Rika), Rio Dewanto (Ping Hen), Henky Solaiman (Tan Kat Sun), dan Glenn Fredly (Doni). Film ini juga didukung oleh Yadi Sugandi (Direktur Fotografi), Titien Wattimena (penulis skenario), dan Tya Subiakto (ilustrator musik).


Life is Never Flat - Agnes Monica
 
nadaeganDate: Friday, 2011-04-15, 6:06 AM | Message # 4
Start from Spring Day
Group: Administrators
Messages: 397
Reputation: 0
Status: Offline
Film "?" Terancam Diharamkan MUI

"Ada masalah-masalah krusial, seperti berbau relativisme dan lumrahnya pemurtadan."

Salah Satu Adegan Glenn Fredly dalam Film ?

VIVAnews - Majelis Ulama Indonesia (MUI) mempermasalahkan secara keras film "?" garapan sutradara Hanung Bramantyo. Sejumlah isu krusial di film itu, seperti pemurtadan, menjadi catatan MUI.

"Ada masalah-masalah krusial, seperti berbau relativisme dan lumrahnya pemurtadan. Itu menjadi dasar kami," kata Ketua MUI Ma'ruf Amin saat dihubungi VIVAnews.com di Jakarta, Kamis malam, 14 April 2011.

Apakah film "?" akan segera diharamkan MUI?

"Mau ke arah sana. Saat ini masih dalam peringatan keras dulu. Kami akan ke arah pencekalan atau memberikan pendapat akan film itu," ujar Ma'ruf.

MUI, kata Ma'ruf, sudah bertemu dengan produser film "?" tersebut. Sejumlah kesepakatan juga sudah dirumuskan.

"Hasilnya akan diberi peringatan terhadap isi film itu," jelas Ma'ruf. Namun, MUI belum bertemu dengan Hanung selaku sutradara.

Ma'ruf melanjutkan, MUI pun akan menindaklanjuti kemungkinan adanya dampak film tersebut kepada masyarakat, terutama Muslim. "Kami akan terus pantau perkembangan penayangan film tersebut."


Life is Never Flat - Agnes Monica
 
  • Page 1 of 1
  • 1
Search:


Copyright MyCorp © 2024 | Website builderuCoz