Hanung Kemas Makna Perbedaan dalam Film ‘?’ Perbedaan begitu kentara dalam film ini. Konflik pun dikemas apik menjadi jalinan cerita.
VIVAnews – Ping Hen marah. Tirai-tirai putih di depan restoran ia turunkan. Tirai putih itu tadinya memang sengaja dipasang untuk menutupi restoran China milik ayahnya. “Di bulan puasa kita harus menghormati kaum muslim,” begitulah kira-kira ucapan sang ayah ketika memberi perintah kepada Ping Hen untuk memasang tirai putih.
Tapi Ping Hen tak lagi mendengar nasehat ayahnya. Ia sedang marah, entah karena rasa toleransi yang rendah, atau karena cemburu setelah mengintip karyawan restoran, Menuk, yang baru datang dan sedang berpamitan dengan suaminya, Soleh, dari balik tirai itu.
Sementara itu, Soleh frustasi karena tak kunjung mendapat pekerjaan. Dia malu pada sang istri, Menuk. Soleh hanya ingin hidupnya berarti untuk istrinya, adiknya, anaknya, dan agamanya. “(Ngene iki) dianggep wong lanang! (Begini ini dianggap lelaki!)” ujar Soleh di puncak frustasi.
Di tempat lain, Rika bingung. Ia baru saja mengabarkan kepada orang tuanya bahwa dia resmi dibaptis. Lantas telepon mendadak ditutup begitu saja dari ujung sana. Dunia seolah menghindarinya, menuduhnya sebagai penghianat. Beruntung anak semata wayangnya, Abi, tak lagi marah kepadanya. Si kecil berambut keriting itu cuma berujar, "Kata ustad, kalo marah nggak boleh lebih dari tiga hari, dosa!"
Adegan lain. Batin Surya berperang. Sepuluh tahun lamanya dia bekerja sebagai aktor. Tepatnya aktor spesialis penjahat atau figuran. Membosankan. Apalagi wajahnya yang brewokan kadang tak nampak di layar kaca. Padahal ia tak ingin hidupnya sekadar numpang lewat di dunia. Tapi haruskah dia yang muslim menerima tawaran peran sebagai Yesus?
Demikianlah cuplikan-cuplikan adegan dalam film ‘?’ Sutradara Hanung Bramantyo menata adegan-adegan itu sedemikian rupa sehingga tak ada tokoh utama di film ini. Semua pemeran mendapat porsi yang rata dalam film ber-tagline ‘Masih Pentingkah Perbedaan?’ itu.
Di awal film, perbedaan memang begitu kentara terlihat. Muslim, Tionghoa, Katolik, semua digambarkan begitu jelas. Sutradara Hanung Bramantyo membidik beberapa konflik dan mengemasnya menjadi suatu cerita yang apik. Ini karena dalam realita, perbedaan suku dan agama acapkali menimbulkan konflik yang berkepanjangan. Apalagi jika tak ada toleransi. Tak ada yang mau mengalah. Semua kacau.
Film yang berdurasi 104 menit itu sempat kena sensor Lembaga Sensor Film (LSF). Penambahan tulisan ‘Terinspirasi dari kisah nyata’ yang semula ada di awal film, dihilangkan. Adegan yang memuat kepala babi saat huru-hara terjadi, juga dihilangkan. Namun film ‘?’ tetap menarik untuk ditonton.
Lagu-lagu milik grup band asal Yogyakarta, Sheila On 7, ikut diperdengarkan di film ini. Tercatat ada tiga lagu Sheila On 7 yang diputar di film ‘?.'’ Lagu ‘Pada Suatu Ketika’ milik Sudjiwo Tedjo juga menjadi pengiring yang pas untuk adegan hujan turun, di mana semua tokoh sedang sibuk dengan pikirannya masing-masing.
Film ‘?’ dibintangi oleh Revalina S Temat (Menuk), Reza Rahadian (Soleh), Agus Kuncoro Adi (Surya), Endhita (Rika), Rio Dewanto (Ping Hen), Henky Solaiman (Tan Kat Sun), dan Glenn Fredly (Doni). Film ini juga didukung oleh Yadi Sugandi (Direktur Fotografi), Titien Wattimena (penulis skenario), dan Tya Subiakto (ilustrator musik). ‘?’ bisa ditonton mulai hari ini, Kamis, 7 April 2011, di bioskop-bioskop kesayangan Anda.