Jakarta (ANTARA News) - Film dengan tema perdamaian, yakni "Of Gods and Men" (Des Hommes Et Des Dieux) diputar di Blitzmegaplex Grand Indonesia untuk menutup rangkaian Festival Film Prancis ke-16 di Jakarta. Film itu berkisah mengenai delapan biarawan asal Prancis yang tinggal di biara Tibhirine, Aljazair pada 1990-an dan hidup di tengah-tengah masyarakat mayoritas Muslim dengan harmonis.
Namun keharmonisan hidup tersebut terganggu dengan adanya Kelompok Bersenjata Islam (GIA) yang membunuh kontraktor rekanan biarawan, menyebarkan ketakutan kepada masyarakat dan bahkan akhirnya menerobos masuk biara pada malam Natal meski tidak membunuh mereka.
Pemimpin biarawan Christian (Lambert Wilson) berkeras untuk tinggal karena penduduk sekitar bergantung kepada mereka terutama untuk mendapat pengobatan dari Luc (Michael Lonsdale) walau beberapa biarawan ingin pergi.
Para biarawan berada dalam dilema, yakni tetap tinggal atau pergi. Namun, yang pasti keputusannya harus merupakan keputusan bersama, termasuk saat mereka menolak perlindungan dari militer demi menunjukkan semangat perdamaian baik kepada masyarakat maupun milisi GIA.
Film karya Xavier Beauvois ini memotret kisah nyata para biarawan Prancis ordo Cistercian yang tinggal di Tibhirine, Aljazair mulai 1993 hingga saat enam orang di antara mereka diculik dan dibunuh pada 1996.
Sang sutradara dengan teliti menggambarkan keseharian para biarawan yang dimulai dengan berdoa dan menyanyikan Mazmur pada pagi hari, membaca, bercocok tanam, memasak, membuat madu, memberikan pengobatan kepada masyarakat hingga ketakutan dan kebingungan mereka dalam menghadapi teroris.
Masyarakat yang tinggal di sekitar biara juga menyayangi mereka dan bahkan menganggap para teroris tidak menyerang desa karena keberadaan biarawan, hal yang menambah dilema para biarawan untuk pergi.
Film buatan 2010 ini diganjar beberapa penghargaan seperti the Jury Grand Prize di Cannes International Film Festival 2010 dan Film Terbaik untuk Cesar Award 2011.
Di pasaran, film ini juga termasuk digemari para penonton dan menjadi "box office" di Prancis selama empat minggu berturut-turut setelah diluncurkan pada 8 September 2010.
"Masuk dalam kategori "box-office" di Prancis dan internasional merupakan salah satu kriteria kami dalam menampilkan film-film pada festival ini," kata Atase Audiovisual Kedutaan Prancis, Frederic Alliod.
Alliod yang sudah empat tahun terakhir menjadi orang dibalik pagelaran FSP mengatakan bahwa tujuan diadakannya festival tersebut adalah untuk mendorong penayangan film-film Prancis secara komersial di bioskop Indonesia.
"Tujuan kami adalah agar penonton Indonesia datang ke festival dan menikmati film-film itu sehingga mau menonton film Prancis lain bukan hanya ketika ditayangkan di festival," katanya.
Ia berharap agar penonton lokal bisa menganggap bahwa menghabiskan uang untuk film Prancis juga cukup bermanfaat dan hal itu juga yang membuat FFP ke-16 pada tahun ini diputar di bioskop jaringan 21 dan Blitzmegaplex.
"Kami tidak ingin film Prancis hanya dapat ditonton di pusat kebudayaan namun kami juga ingin penonton datang dan menonton film kami dengan kondisi yang sama mereka menonton film Hollywood, itulah sebabnya mereka harus membeli karcis: hanya lima belas ribu rupiah, Kedutaan Prancis tidak menarik keuntungan dari harga itu," jelasnya.
Selanjutnya, FFP akan digelar di Balikpapan (16-17 April), Yogyakarta (23-24 April), Denpasar (23-24 April), Surabaya (30 April-1 Mei), dan Bandung (30 April-1 Mei) secara gratis.